jeudi, février 18, 2010

3 tahun berlalu

hehehe....cukup konsisten juga ya gw dengan tajuk blog yang gw pilih. jarangtulis. alasannya mulai dari ketimbun kerjaan, gak ada bahan, tapi yang sekarang jadi alasan utama adalah fesbuk :D

so, yang suka baca blogspot ini (kayak ada aje yang ngikutin :p), gw dah pindah ke fesbuk. tapi itu pun gak menjamin kalau gw jadi rajin nulis di sana, hahahahah... teuteuuup ;)

kalau cari nama gw di sana, dijamin gak bakal ketemu. jadi coba cari dengan nama udara gw, gopina goham.

jeudi, mai 03, 2007

Club Thirty

Hips..kayak mabuk saja, sudah kepala 3 niy. Heuhuehu..perasaan baru aja kemarin lulus SD (halah...). Ternyata sekarang sudah jadi ibu2 beranak 2.

Hari belsdei ini, dapat apa, ya? Tahun ini sengaja nggak bikin reminder di hape misua. Capek ah...hihihih.. Eh, yang ada, dari tanggal 1 dah inget sendiri. Takut dimarahin ama emaknya gopina goham kayaknya.

Sms dan imel mulai bermunculan. Berhubung pulsa hape lagi tipis, ya ucapan terima kasih kembalinya via milis dan ym aja dah. Murah meriah dan mudah. Trus pas ada meeting project mingguan, ya diem2 aja. Biar gak ditodong traktiran. Lumayan lah, selamet sampai end of business hour.

Yang gak selamet, dikasih kopi agak tidak manis (untuk memperhalus maksud dan tujuannya) dari seseorang, yang kasih janji ke orang lain, dan janjinya diharapkan dipenuhi oleh orang lain lagi (bingung kan?)

Ya sud, eniwei baswei, hepi belsdei tu mi...

mercredi, avril 11, 2007

Project Wiken

Dari sekian deret mailing list yang saya ikuti, ada 2 milis yang mencerminkan ciri-ciri seorang wanita. Hehehe...setidaknya ada beberapa teman yang terkejut dan terheran-heran sewaktu tahu saya ikut mailing list itu. Apalagi kalau pas saya mengajukan pertanyaan yang, sekali lagi, mencerminkan ciri-ciri seorang wanita. Mau tahu kenapa? Hehehe...ya gitu deh.

Nah, biasanya niy, hasil hunting dari milis tersebut dicoba pada akhir pekan. Bisa berupa masakan sehari2 (lauk pauk dan sayuran), atau sering juga berupa kue, cemilan, dan roti. Sebelum akhir pekan, setiap hari Kamis atau Jumat, setidaknya ada 2-3 contekan yang siap dipraktikkan. Kalau ada bahan yang belum tersedia, ya sekalian hunting di ambas (sambil lirik2 baju anak2). Biar siap tempur dong aaaaah.

Akhir pekan panjang, wah, enaknya. Bisa santai di rumah, main sama bocah2, dan yang pasti waktu u/ bereksperimen lebih banyak. Tapi dengan catatan, lagi gak mudik. Dan akhir pekan lalu, giliran muffin yang akan diuji coba. Perlengkapan perang sudah siap, kebetulan ada cetakan muffin masih gres, baru beli di ace MM, bahan-bahan juga sudah terkumpul. Tinggallah waktu eksekusi.

Eng ing eng, resepnya benar2 sederhana. Tidak ada mikser campur tangan. Cuma timbang, aduk, cetak. Tapiiiii.... ternyata oh ternyata, cetakan muffinnya tidak muat masuk ke dalam otangku yang mungil...huhuhuhuhu.... Padahal dah perjuangan banget tuh [hiperbolic.com]. Lagipula rencananya mau mbekel muffin buat pergi ke Monas keesokan harinya. Dan ada niat mbales budi baik tetangga yang sering kirim2 kue yang enak2...huhuhuhu...

Tak ada rotan, akar pun jadi. Pintu oven tak bisa ditutup, pakai lap pun jadi. Maka, lap dapur yang jadi gawang si otang mungil tercinta. Waktu pemanggangan yang semestinya 25 menit, jadi molor 45 menit. Ya mau gimana lagi, daripada ndak dipanggang sama sekali. Kepala muffin yang seharusnya mengembang cantik laksana jamur payung, ya ndak bisa terwujud. Wong baca tips dan trik bikin muffin, justru suhu otang yang panas yang jadi kunci kesuksesan muffin. *menghela nafas panjang*

Anyway, alhamdulillah rasanya enak kok. Setidaknya tandas dalam 2 hari [sebagian besar dimakan pak goham, yang lagi doyan makan setelah sakit selama seminggu]. Sebagian lagi, saya hantar ke tetangga, walaupun bentuknya tidak sesuai harapan. Sepertinya perlu hunting loyang muffin lagi neeeeh...

mardi, mars 13, 2007

Lain Lubuk Lain Ikannya

Menjadi orang Indonesia itu memang gampang-gampang susah. Gampangnya jika ingin berbicara dengan orang Indonesia di mana pun, dari Sabang sampai Merauke, sudah ada bahasa persatuan. Coba bandingkan dengan orang Swiss, yang negaranya terbagi menjadi 4 wilayah dengan bahasa berbeda-beda dan tidak memiliki bahasa persatuan.

Susahnya jadi orang Indonesia jika ditanya asalnya dari mana, pasti bingung menjawabnya. Contohnya saya, ayah dari jawa tengah, ibu dari jawa timur, dari lahir hingga sekarang di bogor. Jadi saya selalu menjawab orang indonesia...hehehe...untuk mempermudah urusan.

Susahnya lagi jika berkecimpung di lingkungan yang mayoritas menggunakan bahasa daerah. Walaupun ada bahasa Indonesia, biasanya mereka lebih sreg untuk berbicara dalam bahasa ibu mereka. Apalagi ada lebih dari 300 bahasa daerah di Indonesia. Jangan salah juga, satu pulau belum berarti bahasanya serupa. Bahkan suku Jawa pun beraneka ragam dialeknya.

Sewaktu masa pacaran, kunjungan pertama ke calon mertua cukup membuat gugup. Secara saya pikir saya pastinya ditanya dalam bahasa Jawa (yang sebenarnya saya mengerti dengan pasif, tapi kalau disuruh ngomong ya pastinya gelagepan). Eh ternyata lumayan lancar jaya, buktinya sekarang sudah jadi mertua betulan (catatan: selama kunjungan pertama, ya tetap dalam bahasa Indonesia komunikasinya, hihihi).
Namun begitu berkecimpung dalam keluarga besar suami, baru deh serasa dalam belantara baru. Mengapa? Ya karena bahasa jawa setempat beda dengan bahasa jawa yang saya kenal di keluarga besar saya, yang kebanyakan di daerah tengah pulau Jawa. Berikut daftar kata-kata yang awalnya tidak saya kenal...

embong = jalan
lesu = lapar
rutuh = jatuh
gae = pakai
iko = itu
waras = sehat