Pembelajaran Baru
Akhir pekan yang lalu menjadi momen penting bagi aku. Serentetan kejadian seputar alfin menjadikan aku bersyukur, telah diberi kesempatan untuk menimang seorang putra.
Alfin sudah bisa berdiri sendiri ! Yah, walaupun hanya sekitar 3 detik dan itu pun diakhiri dengan dia terjatuh. Namun dia cuek bebek aja tuh, tetap berusaha untuk menjejakkan kakinya. Yah, tetap semangat nak. Ini akan menjadi batu loncatan kehidupan yang pertama akan kau lalui. Selanjutnya akan berbaris jatuh bangun yang harus kau lalui dalam hidup.
Alfin sudah bisa berdiri sendiri ! Yah, walaupun hanya sekitar 3 detik dan itu pun diakhiri dengan dia terjatuh. Namun dia cuek bebek aja tuh, tetap berusaha untuk menjejakkan kakinya. Yah, tetap semangat nak. Ini akan menjadi batu loncatan kehidupan yang pertama akan kau lalui. Selanjutnya akan berbaris jatuh bangun yang harus kau lalui dalam hidup.
Alfin juga sudah bisa mengekspresikan keheranan. Setiap akhir pekan adalah waktu untuk mengeluarkan pesawat televisi kami dari gudang. Selama hari kerja memang sengaja kami tidak menyalakan TV. Sederhana alasannya. Kami tidak ingin membiasakan alfin menatap kotak ajaib itu selama masa kecilnya. Cukuplah dia bermain dengan mbak pengasuhnya. Aku sendiri hampir tidak pernah menonton televisi karena isinya cukup 'mengerikan'.
Ternyata alfin pun sudah tahu bahwa kotak ajaib itu mengeluarkan bunyi dan gambar yang menarik hatinya. Maka setiap kali televisi kami nyalakan, seketika itu pula alfin akan bergegas merangkak menuju tv. Perlahan namun pasti ia akan menumpukan tangannya ke kardus televisi [maklum, kami belum ada dana untuk membeli meja televisi, jadi terpaksalah kardus menjadi penyangga televisi]. Di depan TV ia akan bernyanyi-nyanyi sembari menggoyangkan pantatnya. Duh, nak, nanti matamu rusak, batinku dalam hati. Maka segera kuraih pengendali jarak jauh dan kumatikan televisi. "Ho?" celetuk alfin. Sepertinya dia heran melihat kotak ajaibnya berhenti bersuara. Maka dia akan segera terduduk, balik kanan, dan merangkak kembali ke bunda atau ayahnya. Berhasil!
Ekspresi jijik ternyata juga sudah dikuasainya. Hidung mungilnya mengernyit tatkala temanku menyodorkan sekuntum bunga ke hadapannya. Hei, ternyata dia tidak suka bunga :D
0 Comments:
Enregistrer un commentaire
<< Home