vendredi, octobre 21, 2005

Krakowziaaa

Masih ingat kata yang menjadi judul di atas? Itu adalah kata yang diucapkan Tom Hanks, yang berperan sebagai Victor Navorski dalam film The Terminal, saat ditanya dari negara mana asalnya. Dalam film tersebut, Victor terpaksa menginap di bandara Kennedy di Amerika Serikat. Ia tidak diperbolehkan masuk ke Amerika Serikat karena visa yang ia pegang sudah tidak berlaku lagi, mengingat negaranya, Krakowzia, sudah bubar.

Hal yang mirip terjadi pula pada diriku saat berkesempatan akan menjalani pelatihan manajemen proyek PRINCE2 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Informasi dari kantorku di Abu Dhabi menyatakan bahwa visa on arrival bagi kami (aku berangkat bersama kedua teman kantorku) akan tersedia pada hari Sabtu. Informasi ini kami terima pada hari Selasa, 3 hari sebelum rencana keberangkatan. Hingga Rabu tidak ada kelanjutan kabar lagi dari Upik Abu, staf kantor di Abu Dhabi. Demikian pula pada hari Kamis dan Jumat. Tentu saja, karena Kamis dan Jumat adalah hari libur alias akhir pekan di negara-negara sekitar Teluk Persia, kecuali Qatar yang memilih Jumat dan Sabtu sebagai akhir pekan mereka.

Berbekal informasi terakhir mengenai kepastian visa dapat diperoleh di bandara pada hari Sabtu, maka kami bertiga pun naik pesawat pukul 2 siang. Terima kasih untuk temanku, piqy winky, semua e-mail yang berkaitan dengan tujuan keberangkatan kami telah aku cetak. Sebagai persiapan saja apabila ditanyakan oleh petugas bandara karena kami belum menerima kopi konfirmasi visa dari Abu Dhabi. Dan memang benar, pertanyaan ini diajukan oleh petugas check-in Garuda. Mungkin melihat keyakinan kami (sebetulnya lebih tepat disebut sebagai sok tahu), maka kami pun lolos dari mereka.

Sebelum boarding, kami menyempatkan diri untuk mengecek e-mail. Ternyata Upik Abu masih belum memberikan informasi lain yang berarti. Dia justru menanyakan apakah jadwal keberangkatan kami sudah pasti. Tentu saja pasti! Kami sudah berada di bandara, apa lagi yang ingin dipastikan?

Perjalanan ditempuh dalam waktu 8 jam, satu pesawat dengan para jemaah umroh dan mbak2 TKW yang mengadu nasib di negeri orang. Tidak banyak yang bisa dilakukan, kecuali menunggu waktu berbuka yang lebih lama dari waktu di Indonesia. Akibat perjalanan yang searah matahari, puasa hari ini dijalani selama 16 jam. Waktu berbuka mengikuti waktu Mekkah.

Menjelang Abu Dhabi, sekitar jam 7 waktu setempat, kulayangkan pandangan ke jendela. Tampak indah lampu-lampu yang menghiasi kota. Mungkin kota-kota di UEA tidak terlalu besar. Antara kota yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh sabuk cahaya lampu jalan tol. Tidak tampak krisis energi melanda negeri ini.

Setiba di bandara, kami langsung menuju ke kantor pengambilan visa. Seorang wanita berwajah asia mencoba berbicara dalam bahasa asing dengan kami. "Filipino?" tanyanya. "No, we're Indonesian. Do you have visa for us?" ujarku. Gelengan kepala menjawab pertanyaan kami. Tampak kotak visa untuk Indonesia kosong, hanya selembar kertas untuk tkw. Ternyata visa kami belum tersedia. Lemas rasanya badan ini. Segera saja kami menghubungi Upik Abu. Jawabannya ternyata sama. Kesal rasanya. Sudah jauh kami menempuh perjalanan, rasanya ingin marah. Apa daya, kami pun harus menghabiskan waktu malam itu di bandara sambil menunggu kantor imigrasi Abu Dhabi buka keesokan hari.

Peristirahan kami pilih di Oasis Cafe. Perut sudah keroncongan. Nasi aron dan kari ayam yang asin segera kami lahap, walaupun rasanya tak seenak masakan Indonesia. Usai makan, kami mencari tempat untuk merebahkan badan. Karena kursi yang tersedia tidak memungkinkan untuk digunakan alas tidur, maka lantai dekat jendela bandara menjadi pilihan untuk melepas penat dan mengistirahatkan mata.

Image hosted by Photobucket.com Berita tak baik kami terima esok pagi. Ternyata salah satu temanku harus kembali ke Indonesia karena permohonan visanya ditolak. Upik Abu pun tak tahu alasannya. Bahkan visa untukku dan satu temanku yang lain baru ada sore. Grrr..... Langkah berat kami ayunkan, kembali ke Oasis Cafe. Pelayan di sana pun bertanya mengapa kami masih di bandara. Senyum kecut kami berikan, visa belum ada. Pelayan yang sama yang melayani kami makan malam sehari sebelumnya. Pelayan yang sama yang menanyakan apakah kami orang Filipina (aha!).

Pukul 7, baru kami bisa keluar dari bandara. Itupun dengan serangkaian kejadian yang malas aku ceritakan di sini, saking kesalnya. Setiba di hotel, aku pun langsung berendam air hangat. Sungguh enak, kepenatan sedikit berkurang. Tak lama tempat tidur seperti menggoda untuk ditimpa. Selamat tidur....

Yah, setidaknya Indonesia belum bernasib malang seperti Krakowziaaa...yang hilang entah kemana.

4 Comments:

Anonymous Anonyme said...

ya Allah.. kesian amat! hehehe.. mungkin itu termasuk salah satu 'training' juga kali ya? ;P

Untung terdamparnya di UAE, at least masih ada kafe Oasis, coba kalo terdampar di airport Palembang, atau Yangon!! Hahaha!

10:05 AM  
Anonymous Anonyme said...

hihihi.... kursinya masih keliatan bagus koq...
untung gak terdampar di afrika. (south africa gak termasuk lohh....)
anyway...
welcome back :) untung gak dimasukin penjara. hahaha

10:15 PM  
Anonymous Anonyme said...

Ujian dari NYA

12:49 PM  
Anonymous Anonyme said...

Ujian dari NYA, agar sabar, baik hati dan tidak sombong.........

12:51 PM  

Enregistrer un commentaire

<< Home