vendredi, juillet 22, 2005

Napak Tilas

Salah satu agenda rutin saat mudik atau ke daerah yang kita kenal sekali adalah nostalgia safari makanan. Ini bisa saja makanan saat sekolah, kuliah, masa-masa pendekatan hingga pacaran, atau justru pada saat kesasar.

Di Bogor, tempat makan favorit saya adalah di gang selot, persis di samping sma saya. Bisa ditemukan aneka jajanan khas dari ujung bawah hingga atas. Favorit saya adalah mie bakso kering tapi pakai kuah (bingung kan?!) dan es doger pakai pisang molen. Kalau perut masih cukup, biasanya saya juga beli soto mie, tapi dibungkus, supaya dimakan di rumah. Pernah dulu ada teman bertaruh, makan semua jajanan di selot. Satu teman menang karena dia merokok, sementara lawannya tidak...hahhahaha...

Sewaktu mudik pun, skenario yang sama berulang. Karena sudah beberapa kali mengunjungi kota ini, jadi sudah tahu. Di benak sudah tersusun rencana, tempat makan mana saja yang akan disatroni :D

Malam pertama tidak sempat kemana-mana, karena ada acara pengajian di rumah. Nah, sore kedua barulah kami beraksi. Mama dan saya nekat berbecak ria dengan alfin ke lontong kikil sekarsari. Nyaris saja kami tersesat karena pak becak salah belok.
Lontong kikil itu sebenarnya makanan sama sekali tidak sehat. Cita rasanya gurih, seperti soto. Namun dengan kekentalan lemak yang lebih tinggi. Satu mangkok harganya 4000 rupiah. Sedapnya itu, boooo..... Yah, sekali-sekali juga tak apa lah..

Napak tilas berikutnya berlanjut ke tahu tek, makanan khas jawa timuran yang selalu dihiasi dengan petis. Biasanya tahu tek kami nikmati dari tukang keliling. Namun karena beliau sudah berumur, kini usahanya dilanjutkan oleh istrinya di rumah mereka. Sebetulnya rasanya tak jauh beda dengan makanan berpetis lainnya. Yang membedakan adalah komposisi isinya. Tahu tek terdiri dari tauge, tahu, lontong, kentang, dan telur goreng. Dilengkapi dengan krupuk dan acar ketimun.

Sasaran selanjutnya adalah alun-alun. Di tempat ini semua jenis makanan khas daerah setempat bisa ditemukan. Mulai dari lontong kupang (yang tidak akan saya coba karena tidak percaya dengan tingkat kebersihan serta kekentalan kuahnya (maaf untuk suami dan pak Kapi yang doyan banget makan lontong kupang ini..) hingga es siwalan. Kalau es ini saya masih mau mencoba, karena teringat masa kecil yang suka minum es siwalan di daerah pinangsia.

Jejak terakhir yang ditelusuri adalah sate manis dekat rumah. Jauh hari sebelum kami kembali ke Jakarta, kami sudah memesannya. Untung saja pesan jauh hari, ternyata warungnya tutup pas hari Minggu. Untung pula jauh hari, kalau jauh dari perut kan meranaaa .....

2 Comments:

Anonymous Anonyme said...

hmm.. kebersihannya kurang yaa, .. emang sih trauma suami mabok perutnya yaa abis makan kupang hehehe [kapi]

2:35 PM  
Anonymous Anonyme said...

Eh..ini ngomongin apa'an seh?
Ini TKP (Tempat Kejaian Peristiwa)nya dmn nuh..? Kok aku jg bingung..nah loh..??

8:24 AM  

Enregistrer un commentaire

<< Home