mercredi, août 24, 2005

Bisnis Harapan

Sebenarnya tulisan ini sudah lama terpikirkan oleh saya. Namun apa daya, saya biarkan mengendap dulu di sudut otak, sementara ruang utamanya terisi oleh stress pengiriman barang ke seluruh Indonesia (btw, barang dah sampai di Timika blum, ya...??)

Salah satu pembicaraan yang sering kami (saya dan suami, maksudnya) angkat adalah bisnis harapan. Yah, di negeri kita yang konon sudah berusia 60 tahun, bisnis harapan masih menjadi ujung tombak. Tak lama berselang terdengar berita penangkapan seorang penipu berkedok penjualan motor. Tak terbilang sudah berapa banyak pelanggan yang uangnya ludes karena berharap akan berlipat ganda. Yang menjadi sumber keheranan adalah, kok bisa ya, ada yang berpikir bisa dapat uang berlipat ganda, tanpa melakukan apa-apa...ck..ck..ck..

Melintas jalan buah batu bandung, ada sebuah spanduk yang menggelitik tawa. Sembari menunggu lampu lalu lintas di perempatan, di sebelah kiri saya ada tempat jual jamu. Segala macam penyakit sanggup ia obati. Tentu hal ini sudah biasa kita temukan. Yang tidak biasa adalah si tukang jamu ini juga menjual kondom antik. Hmmm...bentuknya seperti apa, ya? Dan kenapa disebut antik? Karena bentuknya kah atau karena bahannya kah atau... Ah, saya tak berani mencoba u/ bertanya karena lampu hijau sudah menyala. Mobil pun dipacu. Lagipula saya memang tidak ingin berharap..

1 Comments:

Anonymous Anonyme said...

Apa ya hubungannya kondom antik dengan harapan? Gak ngerti nih...

10:16 AM  

Enregistrer un commentaire

<< Home