mercredi, mars 22, 2006

Seribu Tiga

Dulu, jaman sebelum krismon mencekik kita, pasti sering mendengar istilah seribu tiga. Istilah ini ditujukan untuk barang2 murah yang bisa dibeli hanya dengan harga seribu rupiah dan kita sudah bisa dapat barang tsb sejumlah 3.
Ada juga istilah cengdem, seceng adem (seceng = seribu). Ini u/ kacamata gaya berlensa warna hitam, yang bisa bikin mata adem.

Kalau sekarang, sepertinya akan ditertawakan ya, kalau berusaha cari seribu tiga. Yang ada sih di pasaran sekarang sepuluh ribu tiga. Jadi angka nolnya bertambah 1. Kalau dulu sepuluh ribu bisa untuk membeli barang sampai 30 buah, sekarang ya cuma tiga buah. Angka nolnya berkurang satu, dipinjam angka 10,000.

Namun kali ini saya tidak akan bercerita tentang dunia perdagangan itu sih. Hanya ingin sharing cerita waktu pulang kantor kemarin. Seperti biasa jalur pulang kantor melewati pertigaan jatinegara. Sembari menunggu lampu merah berganti, saya suka memperhatikan pengamen cilik yang sering berseliweran di sela-sela kendaraan. Lapangan bermain mereka berpindah ke jalanan.
Di sinilah baru uang seribu sangat bernilai harganya. Tiga orang pengemis cilik kemarin mengerubuti seorang pengendara motor yang sedang berhenti. Uang seribu dikeluarkan dan langsung disambar oleh salah satu pengemis cilik itu. Dalam hati saya bergumam, wah, dari kecil sudah terlatih mencari rejeki. Awalnya saya pikir uang seribu rupiah itu hanya akan dinikmati oleh dia seorang. Ternyata dugaan saya salah. Ketiga anak itu berjalan ke tepi jalan, menghampiri ibu-ibu pengemis juga yang sedang duduk2 di sana. Mungkin ibu mereka. Uang seribu yang diperoleh diacungkan ke ibu itu. Tak lama ibu itu mengeluarkan recehan. Oo..seribu itu akan ditukar dengan recehan, kemudian dibagi untuk mereka bertiga...