samedi, juillet 30, 2005

Mahatma Gandhi di Indonesia

Jumat biasanya adalah hari jalan-jalan alias curi-curi waktu istirahat kantor. Jika kaum adam sholat Jumat, maka pusat perbelanjaan maupun daerah jajanan akan dipenuhi oleh kaum hawa. Tak kenal masa-masa paceklik uang, yang penting keluar dari rutinitas kantor.

Bazaar maupun sale akan menjadi sasaran utama ibu-ibu, mbak-mbak, mas-mas yang tidak sholat, untuk sekedar cuci mata hingga kalap membeli segalanya. Dengan maksud melihat sale salah satu produk bermerk, kami bertiga pergi ke salah satu gedung di kawasan bisnis di Jakarta Selatan. Namun apa daya, ternyata sale produk yang diincar telah usai. Yang ada justru bazaar aneka produk, yang notabene produk utamanya adalah pakaian dan tas wanita. Yah, daripada rugi sudah jauh-jauh ke sana, cuci matalah kita (walaupun saya akhirnya membeli satu helai kemeja untuk suami :D).

Sumpek, ramai, gemerlap, itulah kesan yang saya tangkap di bazaar ini. Cukup 5 menit yang saya perlukan untuk mengelilingi lokasi bazaar karena memang tidak ada yang menarik hati. Namun tak urung bibir tersenyum saat mendengar ada yang berujar di belakang saya, "Aku beli yang ini, ah. Tapi by the way, duit gue cukup gak, ya?" Waduh, tipikal wanita sekali. Sibuk pilih barang tapi tak melirik isi dompetnya :D Sepertinya semboyan Mahatma Gandhi, high thinking, plain living, alias hidup sederhana, masih jauh dari angan.

Flu..Pilek...Bersin...

Ada salah satu kalimat menarik yang saya ambil dari buku karangan Umar Kayam, Sketsa-sketsa Umar Kayam Mangan Ora MAngan Kumpul.

"...Flu, seperti Anda semua tahu, adalah virus yang tidak tedas tapak, paluning jamu sisaning tablet. Obat yang paling mujarab adalah daya tahan tubuh kita masing-masing. Semangkin kuat daya tahan tubuh kita semangkin cepat flu hengkang dari tubuh kita. Semangkin lemah, semangkin lama kita tergeletak di tempat tidur merenungi langit-langit kamar."

Memang flu sekarang menghantui semua orang Indonesia. Sejak dikabarkan tewasnya 3 orang dalam satu keluarga sekaligus akibat flu burung, orang baru mulai berbondong mencari tahu tentang virus ganas ini. Kompas Sabtu membahas tuntas flu burung, yang sebenarnya tidak menular antar manusia. Virus ini akan menular dari hewan (unggas, babi) ke manusia.

Flu lainnya, yang lebih sederhana namun banyak mengganggu, adalah flu sehari-hari alias pilek. Entah darimana, 2 hari belakangan ini alfin meler hidungnya. Ditambah pula ayahnya, yang tadi pagi sibuk mengeluarkan efek samping flu dari hidungnya. Tertular teman katanya.

Sebenarnya tidak ada obat yang bisa menyembuhkan flu, seperti dituliskan Umar Kayam. Yang ada adalah peringan efek samping flu, seperti dekongestan (pelega jalan pernafasan) atau bahkan obat tidur (supaya badan "dipaksa" istirahat). Oleh karena itu, saya hanya melakukan terapi banyak minum air hangat dan ASI serta makan sayur dan buah pada alfin. Biarlah waktu dan daya tahan tubuhnya yang melawan si virus nakal itu. Untuk ayahnya, terapi sama dan tidur (walaupun nampaknya sedang sulit dilakukan karena seminggu ini ia sibuk mengurus acara di kantornya plus si marun yang lagi ngambek).

Ayo alfin, tetap semangat, lawan si virus....Hatsyi!
*semoga maknya tak tertular pula*

jeudi, juillet 28, 2005

Lagu Bagus

Ini lagu yang saya suka sekali. Kebetulan sedang diputar di radio, saat saya sedang mencuri waktu surfing di internet sementara alfin terlelap :D

Artist : Christopher Cross
Title : Arthur's Theme The Best That You Can Do
Album : N/A

Once in your life you will find her
Someone who turns your heart around
And next thing you know
You're closing down the town
Wake up and it's still with you
Even though you left her way across town
Wonderin' to yourself
Hey, what have I found

Reff.
When you get caught
Between the moon and New York City
I know it's crazy
But it's true
If you get caught
Between the moon and New York City
The best that you can do
The best that you can do
Is fall in love

Arthur, he does as he pleases
All of his life his master's toys
And deep in his heart he's just
He's just a boy
Living his life one day at a time
He's showing himself a pretty good time
He's laughing about the way
They want him to be

Reff...

Je suis fatiguee

Aujourd'hui n'est pas une tres belle journee pour moi. Ben, pas tout a fait en faite. Mon coeur est fatiguee. J'ai besoin de quelqu'un, mais je ne crois pas que je puis laisser ma tete sur son epaulle, surtout laisser mon coeur dans son coeur...

Je suis fatiguee....

Ca fait deja quelque fois. Je ne sais pas pourquoi et quoi a faire...

Je suis triste...
Je suis fatiguee...

mercredi, juillet 27, 2005

Satria Bergitar, Pendekar Bersuling

Salah satu oleh-oleh yang dibawa dari mojokerto, selain makanan yang melimpah ruah, adalah mainan. Betapa sulitnya saya mencari mainan yang tidak berbahaya untuk alfin, namun tidak membahayakan kantong ortunya juga :D Akhirnya mainan dengan kriteria itu ditemukan di toko sanrio, toko mainan paling terkenal di mojokerto.

Mainan yang dimaksud ada dua. Yang pertama adalah mobil-mobilan plastik. Warnanya kuning menyala. Ada mata, yang merangkap sebagai lampu depan, dapat mengedip dan berputar bola matanya. Di kap depan juga ada lidah, yang sedikit menjulur dan keluar masuk saat mobil digerakkan.
Sebenarnya mobil ini serupa benar dengan milik sepupunya, mang dimung. Tak heran saya sempat salah ambil. Maksud hati menyimpan mainan alfin di koper, ternyata yang saya simpan itu punya mang dimung. Tak heran jika dia bingung melihat budhenya menyimpan mainannya di koper alfin :))

Mainan kedua adalah palu plastik, merangkap suling. Ini pilihannya sendiri, lho. Nah, semenjak alfin memperoleh palu plastik ini, dia jadi hobi memukul lantai, ortunya dengan palu ini. Lumayan juga sih. Apalagi kekuatan alfin juga telah bertambah. Rasa ingin tahunya tergelitik karena ternyata palunya itu dapat digunakan sebagai suling pula. Sepupunya bisa meniup, kok dia tidak bisa yaaa??
Akhirnya, setelah melalui proses uji coba sekian kali, dia berhasil meniup suling mainan itu hari senin lalu. Senangnya aku... Bertambah satu kepandaiannya. Masih ditunggu langkah mantapmu, nak, tanpa dipegang ayah atau bunda.

Jadinya alfin mungkin kelak akan jadi peniup suling, mengiringi ayahnya yang bermain gitar. Saya? Nyanyi dangdut saja yaaa....

vendredi, juillet 22, 2005

Napak Tilas

Salah satu agenda rutin saat mudik atau ke daerah yang kita kenal sekali adalah nostalgia safari makanan. Ini bisa saja makanan saat sekolah, kuliah, masa-masa pendekatan hingga pacaran, atau justru pada saat kesasar.

Di Bogor, tempat makan favorit saya adalah di gang selot, persis di samping sma saya. Bisa ditemukan aneka jajanan khas dari ujung bawah hingga atas. Favorit saya adalah mie bakso kering tapi pakai kuah (bingung kan?!) dan es doger pakai pisang molen. Kalau perut masih cukup, biasanya saya juga beli soto mie, tapi dibungkus, supaya dimakan di rumah. Pernah dulu ada teman bertaruh, makan semua jajanan di selot. Satu teman menang karena dia merokok, sementara lawannya tidak...hahhahaha...

Sewaktu mudik pun, skenario yang sama berulang. Karena sudah beberapa kali mengunjungi kota ini, jadi sudah tahu. Di benak sudah tersusun rencana, tempat makan mana saja yang akan disatroni :D

Malam pertama tidak sempat kemana-mana, karena ada acara pengajian di rumah. Nah, sore kedua barulah kami beraksi. Mama dan saya nekat berbecak ria dengan alfin ke lontong kikil sekarsari. Nyaris saja kami tersesat karena pak becak salah belok.
Lontong kikil itu sebenarnya makanan sama sekali tidak sehat. Cita rasanya gurih, seperti soto. Namun dengan kekentalan lemak yang lebih tinggi. Satu mangkok harganya 4000 rupiah. Sedapnya itu, boooo..... Yah, sekali-sekali juga tak apa lah..

Napak tilas berikutnya berlanjut ke tahu tek, makanan khas jawa timuran yang selalu dihiasi dengan petis. Biasanya tahu tek kami nikmati dari tukang keliling. Namun karena beliau sudah berumur, kini usahanya dilanjutkan oleh istrinya di rumah mereka. Sebetulnya rasanya tak jauh beda dengan makanan berpetis lainnya. Yang membedakan adalah komposisi isinya. Tahu tek terdiri dari tauge, tahu, lontong, kentang, dan telur goreng. Dilengkapi dengan krupuk dan acar ketimun.

Sasaran selanjutnya adalah alun-alun. Di tempat ini semua jenis makanan khas daerah setempat bisa ditemukan. Mulai dari lontong kupang (yang tidak akan saya coba karena tidak percaya dengan tingkat kebersihan serta kekentalan kuahnya (maaf untuk suami dan pak Kapi yang doyan banget makan lontong kupang ini..) hingga es siwalan. Kalau es ini saya masih mau mencoba, karena teringat masa kecil yang suka minum es siwalan di daerah pinangsia.

Jejak terakhir yang ditelusuri adalah sate manis dekat rumah. Jauh hari sebelum kami kembali ke Jakarta, kami sudah memesannya. Untung saja pesan jauh hari, ternyata warungnya tutup pas hari Minggu. Untung pula jauh hari, kalau jauh dari perut kan meranaaa .....

mardi, juillet 19, 2005

Bening Mania

SMS dari rekan saya menceritakan betapa parahnya Jakarta pada hari Jumat, 15 Juli 2005 yang lalu. Jadwal KRL, yang seharusnya membawanya ke Bogor, menjadi kacau. Rekan lain memberitahukan bahwa banjir di jalan MH Thamrin sudah mencapai pinggang orang dewasa. Sungguh luar biasa. Jakarta yang hanya diguyur hujan selama 2 jam sudah tidak mampu lagi menahan bendungan airnya sehingga harus membagi-bagi beban air yang diterimanya, bahkan hingga menggenangi istana wakil presiden.

Sementara kami yang sedang mudik ke mojokerto juga mengalami banjir. Namun kali ini banjir keringat yang melanda kami. Sejak kami tiba hingga pulang kembali, tidak ada setitik air hujan pun membasahi bumi majapahit ini. Tentu saja ini berdampak ke alfin. Setiap malam, tiap 3 jam sekali, pasti dia akan merengek kepanasan. Kipas angin yang menyala terus menerus di kamar kami tak mampu menghalau hawa panas yang ia rasakan. Berbekal pengalaman hari-hari pertama di bekasi yang panas, senjata penangkal kerewelan alfin adalah segelas airputih. Begitu ia meneguk habis 1/2 gelas airputih bening dingin, maka tangisannya akan berhenti. Dan ia akan mulai mengantuk kembali. Tak lama setelah diletakkan di tempat tidur, ia akan segera terlelap. Namun siklus ini akan berulang kembali 3 jam berikutnya.
Ternyata kebeningan airputih yang mampu menenangkannya. Tak pelak kebeningan lainnya juga bisa membuatnya gembira. Penyanyi di resepsi tantenya, yang kebetulan "bening" juga, membuatnya berani beraksi. Aksinya kali ini adalah bernyanyi bersama sang penyanyi. Dengan mikropon di tangan, ia tak menangis tatkala digendong sang penyanyi. Kegembiraan serupa juga terjadi di pesawat. Berbekal senyum lucunya, ia mampu meruntuhkan hati para pramugari. Hmmm...ada bakat don juan juga putraku ini..

lundi, juillet 18, 2005

Bebek Kelas Dua

Tak jauh dari kompleks rumah kami, ada sebuah persimpangan jalan yang minta ampun semrawutnya. Persimpangan itu merupakan perbatasan antara Kodya Bekasi dengan Jakarta Timur. Seperti layaknya daerah perbatasan, tidak jelas siapa mengatur apa dimana. Yang terjadi adalah kemacetan luar biasa, terutama saat pulang kantor maupun bubaran sekolah.
Jika ditelusuri penyebabnya, ternyata tidak adanya mental bebek di kalangan para pengemudi, terutama angkot 03 jurusan Pondok Kopi-Kranji. Dengan seenaknya mereka bisa saling berebut posisi antrian, bahkan tak jarang pula hingga memakan badan jalan untuk lajur yang berlawanan. Akibatnya bisa diterka. Stres, frustasi, keringat dingin, sumpah serapah, semua tumpah jadi satu di persimpangan itu.
Mental bebek lainnya juga tidak ditemukan saat kami berangkat mudik minggu lalu. Karena musim liburan, maka suasana di bandara cengkareng cukup riuh rendah. Untuk masuk ke bandara pun harus melalui antrian, yang sayangnya menjadi arena dulu-mendahului sesama calon penumpang pesawat. Dalam hati hanya sanggup bersabar, seraya mendekap erat alfin supaya tidak terdesak.
Di dalam bandara, yang katanya internasional itu, ternyata fasilitas toilet untuk penumpang domestik non garuda lebih parah daripada untuk penumpang garuda maupun penerbangan internasional. Jangankan kebersihan, bahkan airpun menggenang di wastafel atau tak mengalir sama sekali di toilet. Terpaksalah menahan hasrat alami membuang sisa metabolisme tubuh.
Sudah jadi bebek, dengan mengantri tertib, masih pula mendapatkan layanan kelas dua...

mercredi, juillet 13, 2005

Pesta Rakyat

Mumpung masa liburan, para orangtua laksana berlomba-lomba membahagiakan anaknya. Mulai dari tindakan yang membahagiakan, seperti menikahkan anaknya, hingga tindakan yang menakutkan, seperti menyunat anaknya.
Sabtu kemarin para tetangga di sekitar rumah tante di cipinang larut dalam pesta rakyat. Ada sunatan di depan rumah. Rumah tante dijadikan dapur umum, tempat memasak hidangan untuk para tamu. Para juru masak bergembira-ria, memasak sembari menggoyangkan pinggul mengikuti irama lagu campursari yang berdentum-dentum. Sepertinya dunia gemerlapan (dugem) juga telah merasuki sukma mereka. Pesta berlangsung sehari suntuk (bukan semalam suntuk, karena kalau malam harus segera tidur :D)
Sementara itu para saudara sibuk berkeluh kesah. Ada tante yang putranya belum mendapatkan sekolah. Saya baru tahu kalau sistem penerimaan siswa di SMP dan SMA sekarang juga seperti sistem sipenmaru, a.k.a UMPTN, a.k.a SPMB. Pilih 3 sekolah yang diinginkan, kemudian ikuti ujian penerimaan siswa baru. Tinggal tunggu pengumuman, tanpa melihat hasil NEM terlebih dahulu. Sudah berbeda ternyata...
Besok juga pesta rakyat akan dilangsungkan di kediaman suamiku di mojokerto. Adik bungsunya akan menikah. Jadi kamipun akan bedol desa, mudik ke mojokerto. Saya sudah membayangkan aneka makanan enak dan murah di sana. Saya memang suka makan dan mencoba makanan baru, dibandingkan suami saya yang cenderung pemilih. Sepertinya alfin juga akan mengikuti jejak saya...hahahaha..
Mojokerto...here we come...
Untuk yang pesan oleh-oleh, tunggu yaa.....

vendredi, juillet 08, 2005

Turis Meringis, Gersang Meradang

Hari Jumat yang lalu merupakan satu tonggak bersejarah dalam kehidupan saya. Akhirnya saya bisa keluar pulau Jawa tapi masih di Indonesia. Agak kasihan juga sih, saya belum pernah keluar Jawa di wilayah Indonesia. Di antara keluarga, bisa dibilang saya yang paling minim pengalamannya melakukan perjalanan keluar pulau Jawa tapi masih di Indonesia.

Ke Bali pun saya belum penah. Semua rencana selalu kandas, dengan berbagai alasan. Mudah-mudahan ini bukanlah yang terakhir :D

Saya pergi ke Batam. Dalam bayangan saya, akan banyak obyek wisata ataupun belanja yang menarik. Tapi waktu yang ada memang terbatas. Jadi memang tidak ada rencana apa-apa di sana.
Penglihatan pertama di Batam ternyata sungguh berkesan. Namun bukan kesan sejuk, melainkan kesan gersang. Tanh merah merekah dimana-mana, membuat saya terkesiap. Dimanakah pohon-pohon berada? Jangan berharap ada burung yang berkicau, jika mereka tak punya dahan yang rimbun untuk bertengger.

Mungkin karena saya tidak berkesempatan ke pusat kota. Yang sempat saya tengok hanya kawasan sekitar Hang Nadim dan depan Batam Hypermart. Saya pun hanya bisa meringis, jadi turis domestik pertama kali di lahan yang gersang meradang.

jeudi, juillet 07, 2005

Mau Pintar Kok Mahal..Cari Jawabnya

Jika kita melintas jalan layang di atas terminal Kampung Melayu, ada sebuah papan spanduk besar sekali dari sebuah perusahaan rokok terkemuka. Di papan tersebut tertulis "Mau Pintar Kok Mahal...Cari Jawabnya".

Teringat pertanyaan seorang teman beberapa saat lalu. "Masuk UI sekarang berapa bayarnya, ya?"
"Tiga puluh juta," sahutku pendek.
"Maksudnya untuk sampai lulus, kan?"
"Bukan, itu cuma buat uang pangkal aja."
"Hah? Sejak kapan ada uang pangkal segala?"
"Udah beberapa tahun ini, kok."
"Beneran tuh? Seinget gue, dulu SPP cuma 178 ribu. Bahkan bokap gue kadang lupa, udah bayar belum, ya? Maklum, saking murahnya."
"Yah, jaman gue juga cuma 500 ribu satu semester."
"Sh..., mahal amat sih."
"Yah, mau gimana lagi? Pendidikan masih belum dapat kursi panas di sini, sih."

..and the story goes....

Carilah ilmu hingga ke negeri Cina. Namun jika pendidikan formal harganya setara dengan tiket ke Cina, sepertinya kita ndak perlu ke Cina, ya? Hehehe...
Alternatif lainnya bisa cari ilmu di dunia maya. Banyak situs gratis yang bisa dijadikan sumber pengetahuan. Tinggal tunggu uang (lagi-lagi itu!) jika mau akses di warnet..

mardi, juillet 05, 2005

Letih..

Hari ini semua waktu di kantor nyaris habis untuk mengurus pekerjaan kantor..walaupun di sela-selanya masih disempatkan untuk chat dengan beberapa teman.
Ada kabar gembira. Teman lama dari negeri seberang akan datang berlibur ke Indonesia. Ternyata masih tersimpan daya tarik negeri ini, walaupun serangan bom bertubi-tubi menyergap.
Ada juga dilema baru dimunculkan di hadapanku. Harus bertugas keluar kota untuk pertama kalinya, belum pernah meninggalkan alfin demikian lama. How will it be felt like?
Maafkan bunda, ya nak... Cicilan KPR kita baru lunas saat kau lulus sekolah. Keadaan orangtuamu kini belum memungkinkan bunda menemani langkah-langkah kecilmu. Someday...somehow...

lundi, juillet 04, 2005

Pembelajaran Baru

Akhir pekan yang lalu menjadi momen penting bagi aku. Serentetan kejadian seputar alfin menjadikan aku bersyukur, telah diberi kesempatan untuk menimang seorang putra.

Alfin sudah bisa berdiri sendiri ! Yah, walaupun hanya sekitar 3 detik dan itu pun diakhiri dengan dia terjatuh. Namun dia cuek bebek aja tuh, tetap berusaha untuk menjejakkan kakinya. Yah, tetap semangat nak. Ini akan menjadi batu loncatan kehidupan yang pertama akan kau lalui. Selanjutnya akan berbaris jatuh bangun yang harus kau lalui dalam hidup.
Alfin juga sudah bisa mengekspresikan keheranan. Setiap akhir pekan adalah waktu untuk mengeluarkan pesawat televisi kami dari gudang. Selama hari kerja memang sengaja kami tidak menyalakan TV. Sederhana alasannya. Kami tidak ingin membiasakan alfin menatap kotak ajaib itu selama masa kecilnya. Cukuplah dia bermain dengan mbak pengasuhnya. Aku sendiri hampir tidak pernah menonton televisi karena isinya cukup 'mengerikan'.
Ternyata alfin pun sudah tahu bahwa kotak ajaib itu mengeluarkan bunyi dan gambar yang menarik hatinya. Maka setiap kali televisi kami nyalakan, seketika itu pula alfin akan bergegas merangkak menuju tv. Perlahan namun pasti ia akan menumpukan tangannya ke kardus televisi [maklum, kami belum ada dana untuk membeli meja televisi, jadi terpaksalah kardus menjadi penyangga televisi]. Di depan TV ia akan bernyanyi-nyanyi sembari menggoyangkan pantatnya. Duh, nak, nanti matamu rusak, batinku dalam hati. Maka segera kuraih pengendali jarak jauh dan kumatikan televisi. "Ho?" celetuk alfin. Sepertinya dia heran melihat kotak ajaibnya berhenti bersuara. Maka dia akan segera terduduk, balik kanan, dan merangkak kembali ke bunda atau ayahnya. Berhasil!
Ekspresi jijik ternyata juga sudah dikuasainya. Hidung mungilnya mengernyit tatkala temanku menyodorkan sekuntum bunga ke hadapannya. Hei, ternyata dia tidak suka bunga :D

samedi, juillet 02, 2005

Nostalgia masa silam

ALfin sudah tertidur. Suamiku sedang main tenis, kemudian dilanjutkan ke bengkel. Sudah beberapa hari ini ban kanan belakang berbunyi aneh, seakan-akan ada kumparan besinya yang terlepas. Harus segera dicek, ujarnya. Jangan sampai insiden ban lepas terulang kembali... :D

Hari ini rencananya mau masak-masak. Sepertinya menu siang ini akan diisi dengan sup sosis, perkedel tahu, dan sambal kecap. Mmm...enaknya. Perutku sudah keroncongan hanya dengan membayangkannya. Mudah-mudahan rasanya tidak seperti air ledeng, pengalaman pertamaku membuat sup sewaktu kemping bersama teman-teman SMA dulu.

Nostalgia masa lalu akan terputar kembali esok, saat kami akan menghadiri resepsi rekan kuliah dahulu. Yang terbayang adalah pasangan-pasangan muda dengan putra mereka. Sementara yang masih lajang akan saling meledek, mempertanyakan siapa giliran berikutnya didatangi.

Tiga bulan belakangan ini aku bertambah beberapa teman baru. Terus terang teknologi dan akses lah yang memungkinkannya. Chat dan milis menjadi sarana utama menambah hitungan manusia dalam jejeran temanku. Nostalgia akan berulang, tentunya dengan konteks dan muatan yang berbeda dalam tiap kelompoknya.

vendredi, juillet 01, 2005

Ironis...Kronis...

Kemarin sore saya pulang dengan kenekatan menembus guyuran hujan. Karena saya ingin segera tiba di rumah, bercanda dengan alfin. Di tengah perjalanan, radio mengabarkan kecelakaan kereta di dekat Stasiun Pasar Minggu, sudah 2 orang korban meninggal saat itu. Innalillahi wa innailaihi roji'un...

Semakin bertambah deretan prestasi buruk perkeretaapian Indonesia. Sudah hampir 5 tahun saya tidak naik kereta pergi pulang Bogor Jakarta, ternyata hampir tidak ada perubahan.

Baru saja terlibat diskusi menarik dengan rekan baru di krlmania. Ternyata carut marut memang wajahnya. Mulai dari karcis bekas yang dijual kembali, penumpang di kabin masinis kereta ekspres, dua lembar seribuan bisa membuat kereta ekspres berhenti di stasiun mana saja, hingga rencana spin off jalur jabodetabek menjadi anak perusahaan PT KAI serta raja-raja kecil di stasiun. Di sisi lain, para pejabat baru kebakaran jenggot dan berduyun-duyun ke lokasi kejadian, setelah kecelakaan telah terjadi. Proses pembelajaran mandek, stop sampai di sini. Kejadian yang sama mungkin terulang....

Seorang dokter anak pernah berujar, di negeri seperti Indonesia ini, biaya untuk mencegah akan lebih murah dan tepat sasaran daripada biaya untuk memperbaiki. Ada ide untuk mengganti alat komunikasi, yang selama ini sepertinya menjadi sumber kendala, dengan teknologi yang lebih terpercaya. Semoga ide ini bergulir menjadi bola salju, yang akan menggelinding dan melibas permasalahan dengan tuntas.

.:: Sementara radio terus menyiarkan berita lain. Kali ini mengenai satu sekolah yang seluruh siswa kelas 3-nya tidak lulus UAN....

Ironis..kronis...negaraku ini...